Sang Bintang ( Cerpen )

19.50 0 Comments



http://lintangluku.net/wp-content/uploads/2013/01/1-stars-in-sky.jpg
Ketika dunia mulai berakhir, kau malu terhadap dirimu sendiri karena bercucuran air mata di kamar tidurmu seharian penuh. Kau melihat presiden menangis dan memohon di TV dan itu membuatmu panik. Kau berbaring di tempat tidurmu dengan selimut sampai ke hidungmu, menangis, menolak untuk menjawab panggilan di pintu ketika pembantu, manajermu, asistenmu, dan akhirnya orang tuamu memohon agar kau keluar dari kamarmu.
Setelah dua puluh empat jam, ayahmu melepaskan daun pintu dari engselnya dan menyeretmu ke lantai bawah ke dalam ruang keluargamu yang dihiasi dengan karpet putih dan dipan kulit. Kau menendang dan berteriak sampai dia harus mengangkatmu dan membawamu di pundaknya. Kau memanggilnya brengsek dan mengancamnya untuk mengambil kembali Mercedes yang telah kau beli untunya pada natal tahun lalu.

 
Ibumu duduk dengan khidmat di atas dipan, tangannya mengepalkan tinju di atas koran yang ada di pahanya. Dia bilang semua sudah berakhir.
Kau menatap dengan tajam; kau bertanya apa yang sebenarnya terjadi, dan akankah kau tetap berada di acara talk show bulan depan?
Stasiun televisi semuanya berwarna yang sama dan statis. Ayahmu berkata bahwa acara talk show telah tiada, dan tidak perlu khawatir tentang itu. Dia mengatakan padamu bahwa ada hal yang lebih penting yang sedang terjadi sekarang. Bagaimana bisa kau tidak khawatir? Kau seharusnya melakukan debut bulan depan yang bertepatan dengan rilis albummu yang terbaru.
Ibumu mengatakan padamu bahwa album itu tidak akan jadi, dan dia mengepalkan tinjunya lebih kuat dari sebelumnya. Kau tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Bagaimana bisa dia mengatakan itu? Pasti akan ada album. Dan pasti akan ada televisi. Kau mengatai orang tuamu idiot, dan ini akan segera berakhir dalam beberapa hari, segera saat mereka menggantikan presiden pengecut itu.
Ibu mengatakan bahwa dunia akan segera berakhir. Mereka telah menjatuhkan bom, katanya dengan pahit.
Ada berbagai macam penyakit dan racun radiasi yang menyebar ke semua penjuru negara, kata ayahmu.
Tidak di LA, teriakmu dengan nada menantang.
Ibumu memegang koran-koran itu sekali lagi. PERANG berada di tiap halaman depan koran-koran tersebut, bersamaan dengan spekulasi takdir kiamat untuk negara tersebut, termasuk LA. Kau merasa muak, pusing. Kau ingin tahu apa yang telah kau lakukan sehingga pantas untuk menerima ini, dan bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan hal seperti itu sebelum kau mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan hal-hal yang sangat berarti untukmu.
***
Dua hari kemudian, ibumu dan ayahmu mendiskusikan cara untuk bertahan hidup, dan mengisi gallon dengan air dari keran untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Ayahmu khawatir kalau-kalau listrik akan padam. Kau duduk di ruang keluargamu khawatir kenapa semua pembantu berhenti bekerja sehari sebelumnya, dan kalau-kalau asistenmu akan memanggilmu kembali. Satu-satunya koneksi ke dunia luar adalah radio, dan sangat susah untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya di antara tangisan dan doa di setiap channel. Di stasiun musik pop, dj-nya berkata berulang-ulang bahwa ini hanya soal waktu. Ayahmu mengatakan padamu untuk mengubahnya ke saluran AM karena mereka lebih punya naluri di AM, sialan.
Kau mendengar laporan kematian dan pengrusakan di setiap penjuru negara, dan satu-satunya hal yang kau pikirkan adalah bahwa kau berharap LA akan baik-baik saja. Bahkan setelah laporan orang-orang meninggal di mobil mereka, kau membayangkan Rodeo Drive akan sama seperti sebelum-sebelumnya, tidak tersentuh oleh hal nakal seperti perang, kegilaan dan kematian. Bagaimana bisa tempat seindah Hollywood dihancurkan? Tidak ada yang berani mengacaukan LA, katamu, dan ayahmu tidak akan melihatmu di matamu.
Ketika listrik padam malam hari itu, matamu dipenuhi dengan tangisan frustasi, dan kau menyalakan lilin beraroma yang telah kau simpan untuk saat-saat spesial. Radionya masih memiliki baterai, tapi itu tak akan bertahan lama. Ayahmu mengatakan padamu untuk menjaganya, dan berhenti untuk menyalakan radio terlalu lama. Kau mengatakan padanya untuk diam, dan bahwa kau bisa mendapatkan beribu baterai. Laki-laki yang ada di radio mengatakan bahwa sebagian besar dari pesisir timur telah dihancurkan, bersamaan dengan Detroit dan Chicago. Dia mengatakan bahwa radiasi sedang mengarah ke arah barat dengan kecepatan siaga, dan kau berharap kau punya map sehingga kau akan tahu maksudnya. Daripada cemas, kau mengeluarkan cat kuku pink edisi terbatas itu dan mulai mem-pedicure dirimu. Itu tidak lama sampai kau menumpahkan botolnya, dan cat kuku tersebut tumpah ke karpet sampai akhirnya kau tidak berhenti menangis.
Pagi harinya, ayahmu mengatakan padamu bahwa ibumu sangat sakit, dan dia sendiri merasa kurang sehat. Kau menggulung matamu dan menyuruh mereka untuk mengambil beberapa pepto, tapi di dalam dirimu, kau tidak tahan membayangkan kemungkinan mereka akan mati dan meninggalkanmu sendirian, jadi kau kembali ke kamarmu dan duduk di depan jendela. Halamanmu terlihat sama. Tidak ada kematian dan pengrusakan pada propertimu, tapi kau khawatir dengan apa yang berubah di luar pagar depanmu.
Siang harinya, kau membawa empat rekor emas-mu dan tiga penghargaan Grammy ke atas, ke kamarmu jadi kau bisa melihat mereka. Jari-jarimu menjejejaki namamu yang tertera di penghargaan-penghargaan itu berulang-ulang, dan kau tidak mengerti bagaimana bisa seseorang yang telah melakukan hal sebanyak ini dalam waktu sesingkat itu harus melewati sesuatu yang mengerikan seperti ini. Kau adalah sang bintang, demi Tuhan, kau pantas untuk mendapatkan yang lebih baik daripada ini.
Ayahmu sedang memanggilmu dari ruang depan. Dia terdengar sakit. Suaranya serak berkali-kali, dan dia tersendat-sendat di antara kata-katanya. Kau tidak ingin dia muntah di karpet di ruang depan, tapi kau menutup mulutmu. Jika dia muntah, wanita yang biasanya membersihkan rumah akan membersihkannya besok. Kau menarik selimut ke atas dagumu dan menutup matamu. Suara ayahmu terdengar jauh dan semakin jauh sekarang saat kau menggenggam Grammy itu dekat ke dadamu dan menutup matamu dalam-dalam.
Besok kau akan bangun dan hal-hal akan menjadi lebih baik. Besok kau akan ada di Tonight Show, dan tampil mempesona seperti biasanya. Besok agenmu akan meminta maaf karena tidak meneleponmu. Besok kau akan tetap menjadi seorang bintang.
 
 
 
Tamat 

Dzahaby Razan

Penulis di Blog CatatanHarianHaby . Saat ini bersekolah di MANBA Kelas Akselerasi , dan berumur 15 Tahun . Hobi Bermain Gitar dan Bermain Bulutangkis untuk PB.Dasadigdaya . Google

0 komentar: